Laporan Kemajuan PKM-M
GAGASAN BARU DALAM WAJAH HUKUM HUKUM DI INDONSEIA (OMIBUS LAW: Oleh Ahmad Husni Ubaidillah)
GAGASAN BARU DALAM WAJAH HUKUM HUKUM DI INDONSEIA ( OMIBUS LAW ) Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu ele...
Selasa, 11 September 2018
Proposal PKM-M 2017/2018 didanai kemeristekdikti
LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
KIDS PRENEUR SEBAGAI SOLUSI HUKUM DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER MANDIRI DAN KREATIF UNTUK ANAK JALANAN DI HUTAN KRUMPUT BANYUMAS
BIDANG
KEGIATAN
PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Diusulkan
oleh:
Nani
Suryani E1A017034 2017
Cindy
Maulidia E1A017030 2017
Neneng
Gita Rosinta E1A017047 2017
Nita
Triana Sari G1F014022 2014
Oji
Jefri Saputra E1A017189 2017
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PKM-PENELITIAN
1. Judul
Penelitian :
Kids Preneur Sebagai Solusi
Hukum
dalam Pembentukan Karakter MAndiri dan Kreatif untuk Anak Jalanan di Hutan
Krumput Banyumas
2. Bidang
Kegiatan :
PKM-M
3. Ketua
Pelaksana :
a. Nama
Lengkap : Nani Suryani
b. NIM : E1A017034
c. Jurusan : Ilmu
Hukum
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Jenderal Soedirman
e. Alamat
Rumah dan No. Tel/HP : Dusun Colendra RT 13/05 Cikoneng
Jawa Barat, 082216247259
f. Email : naniisuryani99@gmail.com
4. Anggota
Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 Orang
5. Dosen
Pendamping :
a. Nama
Lengkap dan Gelar : Dr. Tedi
Sudrajat,S.H.,M.H.
b. NIDN : 0003048005
c. Alamat
Rumah dan No. Tel/HP : Grand Safira
Karangsalam C-7
Karangsalam, Banyumas /
081563333382
6.
Biaya Kegiatan Total :
a. Kemristekdikti : Rp 6.700.000,00
b. Sumber
lain : -
7.
Jangka Waktu
Pelaksanaan : 4 Bulan
Purwokerto, April 2018
Menyetujui,
Dosen
Pendamping, Ketua
Pelaksana Kegiatan
(Dr. Tedi Sudrajat,S.H.,M.H.) (Nani Suryani)
NIDN. 0003048005 NIM. E1A017034
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni UNSOED
(Dr.
Ir. V. Prihananto, M.Si. )
NIP.
19640529 198901 1 001
RINGKASAN
Mengemis
adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang yang membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya
dengan meminta-minta belas kasihan dari
orang yang mereka temui. Karangrau adalah desa di Banyumas, Jawa Tengah yang
memiliki hutan karet dan biasa disebut hutan krumput. Ditengah hutan krumput terdapat sebuah jalan
yang berlika-liku dan naik turun.
Jalan ini dulunya sepi, dikenal angker, dan sering terjadi
perampokan. Kendaraan yang melintas sering melempar koin agar mereka selamat
ketika melewati jalanan tersebut. Hal ini dimanfaatkan masyarakat untuk
memunguti koin setiap pagi. Bahkan beberapa orang mulai menunggui para pengguna
jalan untuk melemparkan koin secara
langsung kepada mereka. Kebiasaan ini dapat memberi contoh buruk bagi generasi
muda, karena tak jarang mereka membawa serta anak-anaknya. Oleh karena itu
diperlukan edukasi kepada warga dan
kepada anak jalanan khususnya untuk mengatasi masalah
pengemis yang terjadi di
masyarakat krumput yang kian lama kian menjamur.
Hasil observasi menunjukkan bahwa banyak dijumpai
ibu-ibu baik dengan bayi maupun tidak, beberapa bapak-bapak dan anak-anak.
Kondisi jalan di hutan Krumput yaitu naik turun dan berliku-liku sehingga rawan
terjadinya kecelakan.
Kata kunci: anak jalanan, krumput.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………………
|
i
|
HALAMAN PENGESAHAN
…………………………………………….
|
ii
|
RINGKASAN……………………………………………………………...
|
iii
|
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
|
iv
|
BAB I. PENDAHULUAN
………………………………………….……..
|
1
|
1.1.
Latar Belakang ……………………………………………………
|
1
|
1.2.
Rumusan Masalah ………………………………………………..
|
1
|
1.3.
Tujuan ……………………………………………………..……...
|
1
|
1.4.
Luaran Penelitian …………………………………………………
|
2
|
1.5.
Manfaat Program …………………………………………………
|
2
|
BAB II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN …………..
|
2
|
BAB III. METODE PENELITIAN……………...………………………....
|
2
|
3.1. Metode
yang Digunakan dalam
Pengabdian
…………………..
|
2
|
3.2. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….
|
2
|
3.3. Tahap Pelaksanaan Pengabdian ……………………………….….
|
3
|
3.4. Tahap Penyelesaian Masalah untuk Mencapai Tujuan ………….
|
3
|
BAB IV. HASIL YANG DICAPAI DAN
POTENSI HASIL ……………
|
6
|
BAB V. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA……………..,………...
|
10
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
|
LAMPIRAN
|
|
Bukti Penggunaan Dana
|
|
Daftar Tabel
|
|
Bukti Pendukung Kegiatan
|
|

PENDAHULUAN
I.1. Gambaran Umum
Hutan
karet di wilayah krumput terletak di Jalan Raya
Krumput (Buntu-Banyumas) tepatnya di Desa Karangrau. Panjang
lintasan jalur ini sekitar
11 km dan sering dikenal sebagai rute krumput. Jalur ini merupakan salah satu bagian rute
yang harus ditempuh untuk perjalanan Purwokerto ke arah Yogyakarta lewat
Kebumen. Ruas jalan ini berupa jalan menembus bukit sehingga separuh jalan
harus ditempuh secara mendaki dan sisanya berupa jalan menurun. Pada perbukitan
ini terdapat hutan karet yang dikelola oleh PTPN IX Banyumas. Lahan krumput berisikan pohon-pohon
karet produktif dengan tinggi sekitar 7-10 meter dan cukup rimbun. Jalan di
wilayah ini dibangun satu paket untuk rute dari Buntu-Banyumas-Banjarnegara-Wonosobo-Temanggung-Pringsurat. Hal itu bertujuan untuk meningkatan mobilisasi jalur Jawa Tengah lintas tengah (Kompasiana, 2013).
Jalur ini banyak dijumpai masyarakat, mulai dari yang sudah
renta, remaja, orang tua,
hingga anak-anak berdiri dan duduk persis di pinggir jalan. Tak jarang juga
dijumpai bayi-bayi dalam gendongan orang tua yang bersila di batu-batu sambil
memegang payung. Orang-orang tersebut merupakan orang daerah krumput dan
sekitarnya. Mereka setiap harinya memungut koin yang dilempar oleh pengendara
yang melintasi daerah tersebut. Pengendara yang melalui krumput umumnya sudah
mengerti jika mereka memang
diharapkan untuk
melempar koin atau uang saat melintasi jalur ini. Alasannya beragam, ada yang
memberi dengan niat sedekah, dan adapula
yang memberi karena faktor “kepercayaan” mengenai kebiasaan
lempar koin, yang terkait dengan sejarah dan mitos yang
berkembang di jalur krumput. Para
pengemudi percaya bahwa untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan oleh
pengguna di Jalan Krumput, maka pengemudi wajib untuk membuang koin sekadarnya
sebagai upeti “Sang penunggu jalan”
(Rahmat,
2014). Mitos ini sudah berlangsung puluhan tahun yakni
dari tahun tujuh puluhan era Soeharto. Kebiasaan
memungut koin ini menjadi menakutkan karena selain duduk dan berdiri dekat
jalan raya, mereka juga tak segan berlari ke badan jalan untuk mengambil koin
yang dilemparkan. Sehingga mereka
tidak hanya membahayakan keselamatan mereka sendiri, tapi juga keselamatan
para pengendara yang melintas di daerah
tersebut. Mirisnya, selama bertahun-tahun hingga kini pemungut koin di jalur krumput tidak pernah berkurang bahkan dapat dijumpai selama 24
jam. Waktu malam hari sering dijumpai para warga yang memungut koin
menggunakan obor baik anak-anak maupun orang dewasa. Mereka menunggu di
perbukitan yang gelap gulita dan dingin hanya untuk memungut koin yang belum
tentu mereka dapatkan. Ternyata kebiasan memungut koin ini sudah
turun-temurun dan menjadi kebiasaan
yang diwariskan dari orang tua mereka
(Rahmat, 2014).
Mitos anjuran membuang koin, yaitu untuk meningkatkan
kewaspadaan bagi pengemudi saat melintas di ruas Jalan Krumput yang dikenal
angker. Saat membuang koin berarti Si Pengemudi diingatkan untuk berhati-hati
karena sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian akan muncul
perasaan waspada dan sugesti untuk mengemudi dengan hati-hati. Akan tetapi,
kebisaan ini justru menyebabkan situasi rawan baru berupa kecelakaan yang
sangat mungkin menimbulkan korban luka atau meninggal, selain dari pengguna
jalan juga dari orang-orang yang menunggu koin di pinggiran jalan. Saat
terdengar bunyi uang jatuh atau terlihat pengemudi yang akan membuang uang,
maka orang-orang ini, termasuk anak-anak akan bersiap untuk berebut uang.
Sering juga uang jatuh tidak di tepi jalan, tapi masih di tengah jalan, maka
pemungut harus masuk ke tengah jalan yang pada akhirnya akan memperbesar
kemungkinan terjadinya kecelakaan. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh
pemerintah untuk menghilangkan kebiasaan ini seperti: sosialisasi,
pemberian bantuan dan penerbitan
Perda larangan untuk mengemis dan memberikan uang pada pengemis, akan tetapi upaya ini
kurang efektif dalam mengatasi pengemis dan anak jalaan.
I.2. Masyarakat Mitra
Pelaksanaan dilakukan dengan mitra yaitu kepala desa Karangrau,
Krumput, Banyumas Jawa Tengah.
I.3. Identifikasi Masalah
Masyarakat
Karangrau yang mengemis disekitaran hutan Krumput merupakan warga yang tidak
memiliki pekerjaan dan untuk mengisi waktunya dilakukan dengan memungut
lemparan koin dari para pengguna jalan. Hal ini terpaksa dilakukan untuk
menambah biaya kebutuhan sehari-hari walaupun penghasilannya tidak seberapa.
Orang tua yang menunggu dipinggir jalan biasanya mengajak saudara atau
keluarganya bahkan tak segan anak-anaknya yang masih bayi maupun sekolah SD
untuk ikut menunggu dipinggir jalan atau memungut koin yang dilempar para
pengguna jalan yang melintas. Hal ini dapat berbahaya bagi bayi karena sering
terpapar asap kendaraan dan bagi anak-anak yang memungut koin dijalan karena
membahayakan keselamatan jiwa jika terjadi kecelakaan.
1.4. Alternatif Pemecahan Masalah
Penanggulangan
anak jalanan yang mengemis di hutan Krumput dapat dilakukan dengan melakukan
edukasi terkait hukum, penanaman jiwa kepemimpinan dan menumbuhkan jiwa kreatif
yang bermanfaat untuk masa depannya, sehingga tidak turun kejalanan dan menjadi
generasi penerus yang baik serta mandiri.
BAB II
TARGET LUARAN
Luaran
yang diharapkan dalam rumusan ini berupa artikel ilmiah. Artikel ilmiah berisi
gambaran tentang strategi untuk menyadarkan masyarakat di hutan Krumput yang suka mengemis, serta strategi dalam mengatasi anak jalanan di hutan
krumput Banyumas.
BAB III
METODE
3.1 Metode yang
Digunakan dalam Pengabdian
Metode yang
digunakan dalam pengabdian ini yaitu
yuridis-sosiologis. Metode yuridis-sosiologis adalah metode pengabdian yang bertitik tolak pada peraturan hukum dan kondisi sosial
masyarakat. Produk-produk peraturan hukum dijadikan sebagai landasan visional,
konsepsional, dan landasan operasional dalam
menerapkan konsepsi Kids Preneur (Berger dan Lams, 1996).
Peraturan hukum utama yang dijadikan landasan dalam pengabdian ini yaitu:
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Kondisi sosial masyarakat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan konsepsi Kids
Preneur.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
a.
Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui
pengamatan secara langsung di lapangan. Metode ini menggunakan penginderaan
langsung terhadap suatu benda, kondisi, fenomena, proses, ataupun perilaku.
Melalui observasi pengabdi
akan mengamati secara detail kondisi alam dan kondisi sosial masyarakat. Hasil
pengabdian dicatat secara sistematis dan dijadikan pertimbangan dalam
menerapkan konsepsi Kids
Preneur.
b. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber
yang bertujuan untuk menggali informasi tentang suatu hal. Wawancara dilakukan
oleh pengabdi dengan Kepala
Desa Karangrau dan dengan tokoh masyarakat
Karangrau.
Melalui wawancara, pengabdi menggali
situasi dan kondisi
masyarakat Karangrau, tingkat perekonomian masyarakat, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengatasi masalah anak jalanan. Hasil wawancara dicatat secara sistematis dan dijadikan
pertimbangan dalam menerapkan konsepsi Kids Preneur.
c. Studi Literatur
Studi literatur adalah metode pengabdian yang dilakukan dengan
menghimpun data-data, baik dari buku, jurnal ilmiah, majalah, maupun dari
koran. Studi literatur berfungsi sebagai data pembanding hasil observasi
dan hasil wawancara.


a.
Tahap Pralapangan
Pada tahap pralapangan ada tiga hal
pokok yang akan dilakukan oleh pengabdi
yaitu: menyusun rancangan pengabdian,
memilih lapangan pengabdian,
dan mengurus perizinan. Penyusunan rancangan pengabdian dilakukan oleh pengabdi dengan membuat rumusan
masalah yang akan dijadikan objek pengabdian,
kemudian membuat usulan judul pengabdian
hingga membuat proposal pengabdian.
pemilihan lapangan pengabdian dilakukan dengan mempertimbangkan teori
substansif. Teori substansif adalah menjajaki dan melihat kondisi objek secara
langsung. Pengurusan perizinan yaitu dengan meminta izin pelaksanaan pengabdian
kepada Dekan Fakultas Hukum, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unsoed, dan Kepala Desa Karangrau.
b.
Tahap Pekerjaan
Lapangan
Tahap
pekerjaan lapangan terbagi atas tiga bagian, yaitu : memahami latar dan
persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan aktif sambil mengumpulkan data.
Pengabdi perlu memahami latar pengabdian terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan
agar pengabdi bisa mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun secara mental
dalam menghadapi situasi dan kondisi latar pengabdian. Ketika mulai memasuki
lapangan, pengabdi wajib menjalin hubungan yang harmonis. Hubungan yang
harmonis dimaksudkan agar antara pengabdi dengan subjek pengabdian bisa
melebur, sehingga tidak ada lagi dinding pemisah yang bisa menyebabkan sulitnya
mendapatkan informasi. Ketika memasuki lapangan, peniliti juga wajib memahami insight. Insight adalah sesuatu yang
tidak tampak secara indrawi, tetapi sangat mempengaruhi objek pengabdian. Insight sering juga disebut dengan
istilah forgotten truth atau hidden truth (Dotus, 2004). Berperan aktif sambil
mengumpulkan data dimaksudkan agar pengabdi dapat menganalisis data secara
bijak dan tepat sasaran. Pada sub tahap ini pengabdi akan melakukan pengumpulan
data secara umum. Pengumpulan data dilakuakan dengan observasi dan wawancara untuk
memperoleh hal-hal umum dari objek pengabdian. Hasil observasi dan wawancara
kemudian dianalisis dengan studi litertur sebagai data pembanding. Setelah
pengumpulan data secara umum dirasa cukup, pengabdi akan melakukan pengumpulan
data secara khusus. Hal itu dimaksudkan
agar fokus pengabdian menjadi lebih jelas, lebih terarah, dan lebih spesifik.
Pengumpulan data secara khusus pada pokoknya dilakukan dengan wawancara
tersruktur dan wawancara mendalam (dept
interview).
c. Tahap
Analisis Data
Tahap analisis data adalah tahap penyelidikan
terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari informasi yang telah diukur. Pengabdi
menggunakan teknik analisis tapak. Teknik analisis tapak adalah teknik untuk
menganalisis data dengan mengelompokan
macam-macam data ke bidang-bidang tertentu. Proses analisis tapak dibagi
menjadi tiga bagian yaitu : proses input,
proses analisis, dan proses output.
Proses input merupakan proses
pengumpulan data-data terkait tapak seperti data kondisi fisik, sosial, dan peraturan-peraturan.
Setelah data-data terkumpul kemudian pengabdi akan melakukan analisis mendalam
dengan mengaitkan tapak-tapak dari berbagai bidang. Proses terakhir adalah proses output. Proses output di sini bukanlah
hasil akhir dari proses pengabdian yang berupa solusi. Proses output yang dimaksud ialah berupa
masalah, potensi, ataupun kendala yang
berhasil digali dari proses analisis. Setelah tiga proses analisis ini selesai
langkah selanjutnya yang akan dilakukan pengabdi adalah mendesain dengan tujuan
meminimalisir masalah, mensiasati kendala, serta mengeksplorasi potensi
(Fachrudin, 2011).
3.4
Penyuluhan dan Pelatihan


1. Kids Preneur Leadership
Program ini memiliki tujuan
untuk menumbuhkan dan membentuk
jiwa tanggung jawab dan mandiri
pada keluarga,
sehingga keluarga bisa melahirkan
generasi yang lebih baik. Program ini
berisi materi motivasi,
tanggung jawab, dan games
edukasi yang dapat
menumbuhkan karakter asli anak-anak.
Dengan demikian pengajar dapat mengetahui karakter
pribadi setiap anak,
dan akan
lebih mudah untuk
dibimbing agar bisa
menumbuhkan karakter mandiri
pada anak.
2. Kids Preneur Educative
Pada program kedua ini, peserta akan diberikan materi tentang
pelajaran seperti halnya sekolah
formal. Akan tetapi, dalam
program ini cara penyampaian yang
akan diberikan kepada anak-anak berbeda seperti halnya
sekolah formal. Dalam
proses pembelajaran,
anak-anak akan diajak untuk lebih
santai, nyaman,
dan berpikir. Materi yang akan disampaikan tidak banyak, tidak menghafal akan
tetapi langsung aplikatif terhadap kehidupan mereka. Oleh karena itu, di sini diperlukan
media sebagai alat untuk merangsang
daya pikir sehingga dapat
membentuk, dan mengembangkan
pola pikir anak jalanan.
3. Kids Preneur Innovation
Pada program ini,
anak-anak akan diajari cara
memanfaatkan barang yang tidak
berguna menjadi barang
yang berguna misalnya:
botol bekas bisa dijadikan vas
bunga, mobil-mobilan, kerajinan
tangan, dan
sebagainya. Hal itu bertujuan
agar karakter Si anak
lebih kreatif dan
lebih
mandiri dalam menyelesaikan suatu
masalah.
3.5 Pendampingan
Kids Preneur Community
Program ini merupakan program terakhir dari Kids Preneur,
yaitu: dibentuknya suatu
wadah / perkumpulan bagi alumni Kids Preneur sehingga
peserta didik bisa tetap dimonitori pengajar. Tujuan dari program ini yaitu agar
program Kids Preneur Community bisa
ditindaklanjuti, dan
dapat bermanfaat bagi
masyarakat setempat,
khususnya bagi masyarakat Karangrau.
Sehingga, ilmu yang diberikan tidak cepat hilang, dan anak-anak jalanan dapat membangun masa depan yang cerah.
Adapun pengajar utama dari Kids Preneur pada
program ini yakni dari mahakeluarga
Universitas Jenderal
Soedirman. Pengajaran itu akan dilakukan
secara rutin oleh keluarga besar UNSOED, baik oleh mahasiswa, dosen, maupun
pihak lain yang terkait dengan UNSOED.
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI
3.1 Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan di hutan Krumput dengan
melakukan dokumentasi dan survei lapangan terkait orang-orang dan anak jalanan
yang berada dipinggir jalan menunggu lemparan koin para pengguna jalan yang
melintas. Hasil observasi menunjukkan bahwa banyak dijumpai ibu-ibu baik dengan
bayi maupun tidak, beberapa bapak-bapak dan anak-anak. Kondisi jalan di hutan
Krumput yaitu naik turun dan berliku-liku sehingga rawan terjadinya kecelakan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan kepala desa Karangrau
terkait dengan warga yang mengemis di hutan Krumput. Kepala Desa menuturkan
bahwa sulit untuk membuat warga dan anak-anak yang terjun ke jalanan untuk
mengemis. Berbagai upaya sudah dilakukan dengan kerjasama pemerintah daerah.
Diantara upaya penanggulangan pengemis didaerah tersebut yaitu pemberian
bantuan berupa uang, sosialisasi dari dinas sosial, hingga peraturan daerah
(PERDA) No. 16 tahun 2015 yang memberikan uang atau barang kepada pengemis
maupun anak jalanan ditempat umum berupa sanksi kurungan paling lama 3 bulan
dan denda paling banyak 20 juta. Namun upaya tersebut tidak mengurangi pengemis
yang ada di hutan Krumput.
Wawancara juga dilakukan langsung yaitu berupa
pretest kepada anak-anak SD kelas 2 di SDN 1 Karangrau dan pengemis yang berada
dilapangan. Hasil observasi menunjukkan bahwa anak-anak SD dan para pengemis
dijalanan kurang terhadap pengetahuan mengenai hukum, kepemimpinan dan
kreatifitas. Orang-orang yang berada dijalanan kebanyakan merupakan
pengangguran yang setiap pagi hingga siang atau sore menunggu dipinggir jalan
untuk memungut koin yang dilempar para pengguna jalan. Selain itu pekerjaan
sampingannya kebanyakan adalah mencari rumput dan kayu bakar. Anak-anak ikut
kejalanan karena orang tua mereka.
BAB V
POTENSI HASIL
Potensi hasil yang diperokeh jika
program ini berjalan dengan baik adalah dapat dibuat artikel ilmiah sebagai
referensi kepada masyarakat.
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana
tahapan selanjutnya yang akan dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tahap
pelaksanaan yang meliputi tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan dan analisis
data
2. Pelaksanaan
penyuluhan dan pelatihan yang meliputi Kids Preneur Leadership, Kids Preneur
Educative, Kids Preneur Innovation
3. Pendampingan
berupa Kids Preneur Community
DAFTAR PUSTAKA
Berger dan Lams. 1996. Methods of Solving Social Problems.
Gouide et al, 1990 dalam Strun1994, Hlm. 87-88.
Dotus. 2004. Analysis of Social Problems in Overcoming Beggars and
Street Children. Journal of Social Problems,
Vol. 28, No. 6, 2009; pp. 504-512.
Fachrudin.
2011. Tahap-Tahap Pengabdian dan Penelitian
Kualitatif
: Analisis Data dengan Menggunakan
Metode Tapak. Disertasi. Jurusan Ilmu Sosiologi UI, Jakarta.
Kompasiana. 2013. Melintas
Banyumas, Melihat Jalur Maut Krumput. https://www.kompasiana.com/wardhanahendra/melintas-banyumas
melihat-jalur-maut-krumput_552aa0d66ea834b671552cf6. Diakses tanggal 19
Oktober 2017.
Rahmat. 2014. Pengemis
dan Anak Jalanan di Hutan Krumput Banyumas : Studi kasus Permasalahan Sosial serta Kebijakan yang
dapat Diambil. Skripsi. Jurusan Ilmu
Sosiologi UGM, Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Kondisi jalanan krumput
![]() |
||||
![]() |
||||
![]() |
2. Wawancara
dengan Kepala Desa
![]() |
|||
![]() |
3.
Pretest dengan
SDN 1 Karangrau

4. Pretest
dengan SDN 1 Karangrau
![]() |
Langganan:
Postingan (Atom)