Mega
Sore itu lain dari hari
biasanya, hari itu ia tak lagi berwarna jingga, hari itu ia tak kembali
termakan oleh kegelapan. Hari itu Mega tak pernah tenggelam lagi, ia selalu terbit
dan bersinar menerangi bumi pertiwi. Maka, semenjak saat itulah ia terlahir
sebagai pahlawan bagi rakyat dan
penjahat bagi para pejabat yang tamak. Sekali lagi ia terlahir sebagai seorang
yang dermawan, dan tidak akan pernah hilang karena datangnya kegelapan dari
ufuk barat. Begitulah Mega dikenal sebagai seorang pemuda tampan setelah kejadian
pada hari yang telah ditakdirkan.
“Korupsi, suap adalah
karma yang pasti akan terungkap dan aku akan ambil bagian dalam
mengungkapkannya, ya akulah Mega yang akan menjadi pelopor perjuangan
perlawanan terhadap koruptor”, begitulah kalimat dari CD yang telah beredar di
seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang berisi ancaman kepada pejabat-pejabat
korup yang telah sekongkol memakan segumpal daging di tubuh rakyat. “ Demi
Tuhan, CD ini harusnya tidak bocor untuk alasan apapun” Menggerutu pihak
kepolisian kepada Gayus. Memang di negeri nusantara ini telah tersiar kabar
bahwasannya seseorang yang bernama Mega telah mengirimkan rekaman singkat ke
saluran televisi nasional dan ke CD yang disebar di berbagai kota-kota besar di
Indonesia. “Ini adalah CD dari Mega yang tersedia di setiap sudut negara,
lihatlah kerumunan besar itu yang berkumpul untuk membeli CD ini, dan tidak
hanya itu, video ini telah meracuni di semua situs media sosial dan itu sudah
dimiliki oleh setiap orang”. “Hmm, lihat siaran TV itu!!!, siaran yang tak
bermutu, mana mungkin korupsi berantai di negeri ini akan terpecahkan oleh
seorang pemuda seumur jagung, mustahil, kita yang duduk di kursi empuk adalah
orang cerdik yang penuh dengan siasat politik, untuk mengenyahkan orang bodoh
seperti itu bukanlah perkara yang sulit, benarkan Bung?”. “Ya elah, orang
seperti itu mah di senggol dikit aja nyalinya ilang”, Sahut Gayus tanpa ada
keraguan di wajahnya.
“Cepat-cepat pelajaran
Pak Adi akan segera dimulai, ayo!!!” Mahasiswa Pak Adi terburu-buru menuju
halaman depan kelas. “Baiklah sudah banyak mahasiswa di sini, akan saya absen
terlebih dahulu sebelum memulai mata kuliah fisika pada pagi hari ini”.
“Lupakan itu Pak, di sini pasti sudah melebihi dari yang Anda harapkan, siapa
yang akan membolos pada kelas Anda?”, sahut salah satu mahasiswanya. Mereka pun
tertawa bersama-sama. “Yakin?”. “ Ya pasti Pak”. “Baiklah, ini biarkan saja (sambil
melempar daftar presensi ke meja) ”. “ Dunia ini terbuat dari lima elemen dan
begitu juga dengan tubuh kita, bisakah seseorang memberitahuku apa sajakah
elemen-elemen itu?”. “ Tidak Pak”. “Tidak?, dengar baik-baik pertama adalah
tegangan, dua tekanan, tiga penyimpangan, empat pembengkokan dan terakhir
adalah perputaran. “Mengerti?”. “ Tidak Pak”. “Ya baiklah aku akan jelaskan
dengan praktek”. Pak Adi pun mempraktekan satu persatu, “ Hei, Kau kemarilah,
dengar baik-baik, tanpa menggerakan kakimu coba angkatlah tanganmmu dan cobalah dorong aku, hei ayo, apakah ini
tidak terlihat seperti dua ekor lembu yang saling bentrok satu sama lain?
baiklah sempurna. Inilah yang disebut dengan ‘penekanan beban’, ya itulah yang
harus Kau pelajari terkait penekanan beban”.
Segerombolan penjahat pembela koruptor tiba-tiba datang. “Ayo-ayo bubar
untuk hari ini tidak ada pembelajaran di kampus, hari ini kampus akan tutup,
ayo cepatlah pulang, jangan kembali ke kampus sebelum ada perintah resmi dari
pemerintah, hai Bu Dosen, hari ini kampus sudah tutup (sambil menghapus papan
tulis)”. Hal Itu adalah sebagai bagian dari
reaksi beredarnya CD di seluruh masyarakat Indonesia yang disadari atau
tidak disadari telah menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotisme terutama
di kalangan civitas akademika di kampus. Demi melindungi para koruptor yang
hanya membuat peraturan tanpa memperhatikan kebijaksanaan, dengan dalih
kebijaksanaan mereka sepakat untuk menutupi ‘bijaksini’ dengan kesamaran yang
kemudian dikenal sebagai ‘bijaksana’,
maka ditutuplah kampus di seluruh pelosok negeri pada hari itu.
Tiba-tiba, “Heii,
hentikan leluconmu, kembali!!, pulang!!!, ayo!”. Pak Adi yang memang tidak
hanya pandai dalam mengajar fisika tetapi ia juga pandai dalam bela diri, ia
pun melakukan perlawanan. “Ayo ikut kami”. “Perguruan tinggi tidak akan tutup,
memang siapa Anda?”. “Ini adalah keadaaan darurat Pak, beberapa Mega telah
membunuh beberapa kolektor, ini bukanlah hukum dan ketertiban, Menteri Dalam
Negeri harus segera mengundurkan diri”, begitulah alih-alih pentolan koruptor. John selaku Rektor kampos membelot, “sampai
saat itu tiba, ya iya, tapi jadwal ujian sudah keluar, karenannya perguruan
tinggi tidak akan tutup”. “Hancurkan semuanya!, ayo tutup sekarang!”. “Kami
tidak akan mentolerir hoologanisme ini”. “Apa Anda ingin melihat hoologanisme?”.
Buuukkk, penjahat itu hampir saja memukul muka John. Beruntung pada saat mau
memukul, Pak Adi datang bagaikan seorang pahlawan. ‘Kreekkk’...bunyi
tulang-tulang penjahat yang dipatahkan oleh Pak Adi. “ Ya ini adalah praktek
kedua yang disebut sebagi ’tekanan’, ketika kalian menekan sesuatu dari kedua
belah pihak, dan memberikan tekanan pada titik ketegangannya itulah yang akan
menimbulkan tekanan”. Penjahat-penjahat itu kewalahan menghadapi Pak Adi.
“Siapa Kau?, baiklah akan kita selesaikan di sini”. “Berikutnya adalah ‘Pembengkokan’,
dan ini yang terakhir adalah perputaran”.“Aditya! apa yang Kau lakukan Pak?”, bentak
John. “Saya hanya ingin mengambil
kembali kelas saya, Pak”. “Hentikan, tinggalkan dia!”. “Seperti yang kalian
lihat, fisika dapat berguna dalam segala hal, tegangan, tekanan, penyimpangan,
pembengkokan, dan yang terakhir maaf aku tidak bisa menunjukkan pada kalian
perputaran”. Kampus adalah tempat jajak pendapat yang sejatinya memang tidak
boleh ada intervensi, apalagi dari kaum-kaum pemakan uang rakyat. Setelahnya,
para penjahat pun lari terkocar-kacir ketakutan dan pembelajaran dikampus
dilanjutkan seperti biasanya.
“Hanya gerbang kampus
yang bermasalah kan?, hancurkan gerbangnya sekarang juga”. “Tak adakah satu pun
dari kalian yang pernah pergi ke sekolah?, itu sebabnya Anda ingin
menghancurkan gerbang kampus ini, ayo teman-teman saatnya untuk
bersenang-senang”. Kembalilah terjadi perlawanan sengit antara seorang Adi
dengan para penjahat yang mendapatkan bala bantuan tepat di depan gerbang
kampus. Bagai seorang pahlawan nasional ia memukul, menghantam, dan mematahkan
tulang-tulang para penjahat tanpa belas kasihan. Tangan kosongnya mengalahkan
penjahat yang membawa senjata tajam. Baginya pisau, pistol, dan kapak itu hanya
akan berfungsi pada orang-orang yang berakal. Aditya menghantam kepala dengan
kepalanya, menendang kaki dengan kakinya, dan memuntir tangan dengan tangannya.
Begitulah hingga para pejabat bertobat tidak akan mengulangi lagi perbuatanya.
Hingga akhirnya Pak Adi menjadilah dosen idola di kampusnya. Rasa Cintanya akan negeri Indonesia, rasa
bencinya akan para koruptor, dan rasa haus untuk senantiasa membantu orang
lain, menyebabkan ia semakin dikenal dikalangan mahasiswa sebagai seorang
lelaki tampan dan dermawan.
Di lain sisi para pejabat
pemerintah masih mencari keberadaan Sang Mega. Ia akhir-akhir ini menjadi topik
utama dalam perbincangan publik. “Dia penjahat, sembilan kolektor lainnya
menghilang, itu seperti seseorang yang menghapus kartu memori mereka, mereka
terkunci di ruangan gelap selama tiga hari, dan tiba-tiba mereka kabur,
sekarang tidak ada yang mengucapkan satu kata pun,”. “Pak ada beberapa petugas,
kita tidak bisa keras kepada mereka”. “Aku tak peduli dan aku tak mau mendengar
hal itu, sekarang bagi yang punya ide bisa berbicara”, kata komandan kepolisian dalam ruang rapat.
Mereka bermusyawarah bagaimana caranya menangkap Sang Mega yang telah mengancam
keberadaaan kaum elit. Hari ini saja ia telah menculik beberapa kolektor
terkorup di negeri ini, dan membunuh seorang diantaranya yang kemudian
digantung di tiang listrik dekat stasiun pada siang hari. Sedangkan, beberapa kolektor
terkorup lainnya masih belum diketahui keberadaannya, ia lenyap bagaikan
ditelan bumi. Tentu ini membuat bingung semua kalangan elit, mereka mulai
was-was ketakutan, karena boleh jadi mereka adalah orang yang akan menjadi
target berikutnya dari kegeniusan Sang Mega. Tentunya siapapun akan merasa
gelisah karena kejadian hari ini, bagaimana tidak?. Penculikan dilakukan dalam
waktu yang sekejap untuk beberapa kolektor ternama di Indonesia, dan kematian
salah satu kolektor di tiang listrik dekat stasiun yang ramai pada saat siang
bolong, lantas siapa yang tidak merasa ketakutan?.
James seorang polisi
jujur yang berbeda dari polisi lain, ia berusaha untuk mencari identitas dari
seorang Mega. Tapi apalah daya ia hanyalah seorang sopir sub-inspektur yang
tidak memiliki hak untuk melakukan penyelidikan. Ia pun memiliki siasat untuk
mengatasi hal itu, dia melakukan cuti medis untuk melakukan penyelidikan selama
beberapa hari. Ia berbohong kecil, tapi tak apalah demi membongkar sebuah
kebenaran, pikirnya. Ia pun mulai melakukan penyelidikan dengan melihat anomali
di keramaian. Artinya, ia akan lebih mudah melihat kejujuran antara orang-orang
yang korup. “Aku akan pergi ke setiap kantor di pelosok negeri dan menemukan
orang itu, Mega...Aku akan mendapatkan dia dibalik jeruji besi”.
“Mega, I come back, sistem kami telah menjadi
seperti popok bagi anak-anak. Basah di beberapa tempat dan sedikit longgar di
tempat lain. Hanya satu hal yang kita lakukan dengan jujur dan itu korupsi.
Pelepasan Jumat ini, Departemen Pekerjaan Umum pemegang PWD yang telah
meresahkan banyak orang, tetapi sekarang Mega yang akan memegang PWDnya.
Power-Wale Danda (Kekuatan tongkat), kekuasaan di tangan yang salah dapat
menyebabkan pemadaman. Dua September, ingat tanggal ini, karena pada hari ini,
satu kursi di PWD akan dikosongkan selamanya, dan untuk kalian orang-orang yang
korup, jika hati kalian mulai gelisah, maka ketahuilah Mega ada di suatu tempat
yang sangat dekat dengan kalian”. CD dari Mega kembali beredar ke seluruh
pelosok nusantara. Tak ada yang tau bagaimana CD itu bisa tersebar, yang pasti
dengan tersebarnya CD dan rekaman itu ke berbagai media sosial membuat para
pekerja korup di Departemen Pekerjaan Umum ketakutan bukan main. Di lain tempat
James mulai melakukan aksinya di Depok. “Dia tidak siap untuk menerima korupsi,
lantas bagaimana negara ini dapat berjalan?”, akting James di tengah keramaian
kantor polisi. Kemudian seseorang menjawab “korupsi telah pensiun dari kantor
ini, jika satu orang mendapat serangan jantung, semua orang di lingkungan mulai
jogging. Demikian pula karena salah
satu kolektor dibunuh, maka yang lain akan memperbaiki cara mereka”. “ Apakah
semua orang di kantor ini adalah korup sebelum beredarnya CD itu?”. “ Ya,
semuanya, kecuali untuk beberapa orang”. “ Siapa orang itu?”. “More, dan...”.
“dan Anda”. “Ha ha ha”.
TV nasional pun mulai
kembali menyebarkan berita. “ apa motifnya?, siapa Mega? dan mengapa dia
melakukannya? “. Para pejabat di Departemen Pekerjaan Umum mulai menampakan senam
muka tanda khawatir. Patut lah mereka khawatir, polisi saja yang notabene
profesional selama beberapa hari terakhir ini masih belum bisa mengungkap
identitasnya sedikit pun, apalagi orang seperti mereka yang hanya duduk manis
di kursi Depertemen Pekerjaan Umum. “Ada apa Pak?, Kau tampak cemas”, tanya
Joko Sang Pelayan kepada atasannya. “Jangan tanya, siapa yang tahu kantor mana
yang akan menjadi target Mega berikutnya?, ini membuatku sakit”. “Benar Pak,
jika mereka membuat daftar dari departemen kita, namamu akan mencuat”. “Baiklah
aku akan mengembalikan uang semua orang dengan tunai, dan mereka yang
mengirimkan dari luar negeri aku akan mengirimnya kembali melalui Wesel”. Ketakutan
yang merajalela di seluruh kantor-kantor Departemen Pekerjaan Umum telah
membuat mereka berbondong-bondong ke kantor polisi untuk mengakui kejahatan
mereka, mereka saling mengaku bahwa ia adalah orang yang paling korup di
Departemen Pekerjaan Umum, mereka membawa dan memperlihatkan daftar proyek yang
pernah mereka korupsi ke kantor polisi, mereka saling mengaku bahwa mereka
adalah yang paling banyak menerima suap, maka mereka saling menjelekkan diri
demi mendapat perlindungan lebih dari kepolisian guna menghindari pembunuhan
dari Sang Mega. “Pak kumohon”. “Apa?”. “Pak berikan aku nomor rekeningmu, aku
akan memberikan setengah dari apapun yang aku miliki, tapi masukkan nama saya
di daftar korupsi Top 10, kumohon”. Penjaga kantor polisi menjawab “dan berarti kalau aku melakukan demikian, Kau
menginginkan diriku yang akan diancam oleh Mega, bukan dirimu, Kau pikir aku
gila?”.
Polisi pun bertindak
cepat berharap dapat mengungkap identitas Mega yang sebenarnya. “Pak waktu kita
kurang dari 24 jam, kami tidak dapat memberikan perlindungan ke semua orang
Pak”. “Tapi kita dapat melindungi petugas yang korup, sekarang cari tahu
siapakah petugas paling korup di PWD”. Tiba-tiba seorang petugas polisi berlari
mengabarkan berita kepada komandannya, “Pak, sementara kami sibuk memberikan perlindungan
kepada PWD, Mega muncul di distrik kolektor, ini gangguan Pak. “Sihhh, sekarang
cepat cari tahu dimana Mega menyekap Kepala Distrik Kolektor, oke”. Hari ini pun petugas polisi
kembali salah bertindak, ketika Mega mengancam akan menculik seseorang dari
PWD, lalu dia terjebak dengan janjinya, dia mengelabuhi semua polisi. CD yang
kali ini dikirim oleh Mega hanyalah sebagai alih-alih supaya para petugas
kantor polisi hanya fokus pada Departemen Pekerjaan Umum, padahal itu bukanlah
target yang sebenarnya, target sebenarnya ialah seorang Kepala Distrik Kolektor.
Begitulah kegeniusan dari seorang Mega yang dermawan dan ahli bela diri.
Kini Mega telah
berhasil menangkap Kepala Kolektor Distrik. “Apakah Kau tahu siapa aku?”. “Ya
namamu adalah Tamsil, yang telah membunuh kejam para petani, karena air sungai
yang berarti bagi keberlangsungan hidup mereka, dialihkan ke pabrik gula sektor
swasta dan ke rumah menteri, dan Kau membiarkan ladang mereka tetap kering,
sehingga ada 786 petani yang lebih baik bunuh diri karenannya, dan sebagai
imbalannya Kau menerima 200 juta rupiah”. “Tapi saya hanya pesuruh menteri dan
saya pun hanya melakukan apa yang menteri suruh, dan saya pasti akan melakukan
perintahnya, hal itu karena menteri adalah orang yang membayar saya”. “ Mengapa
aku harus peduli pada Menteri?”, bentak Mega. “Sebagian besar politisi di
negeri ini buta huruf, mereka adalah kriminal, tapi Kau seorang Kepala Distrik
Kolektor, Kau terdidik, Kau telah bersumpah untuk melayani rakyat, apa Kau
sudah lakukan itu?, Kau tahu dengan baik, Kau bisa menyelamatkan semua kehidupan
petani, tapi apa yang Kau lakukan?, Kau menerima suap dari menteri. Sekarang Kau
harus ambil apa yang akan aku berikaan kepadamu”. “Kumohon dengarkan aku, mohon jangan lakukan
ini, berikan aku kesempatan, aku bersumpah tidak akan menerima suap lagi,
kumohon, maafkan aku”. “apa maafkan aku? bagiku itu adalah sandi baru untuk
kembali membuat kesalahan yang sama, jika maaf bisa memperbaiki segalanya, maka
tidak akan ada pengadilan atau kantor polisi, aku benci kata maaf”. ‘Krekk’, ‘bukkk’,
akhirnya Tamsil pun meninggal dunia.
Berita pun beredar, “
mengapa seorang petugas pemerintah, Kepala Distrik Kolektor digantung di muka
umum?, hukuman gantung yang akhir-akhir ini melanda pejabat pemerintah telah
menjadi keributan di negara Indonesia, polisi sampai saat ini belum menemukan
petunjuk apapun, ada teror di negeri ini, dan hal itu membuat aparat pemerintah
ketakutan karena bisa saja mereka yang akan menjadi target berikutnya dari Sang
Mega. Sampai saat ini pejabat pemerintah masih memikirkan strategi apa yang
akan digunakan untuk menangkap Mega,
mereka kebingungan, siapa sebenarnya Mega? apa profesi sebenarnya? apa tujuannya?.
James masih berkeliling
ke kantor-kantor polisi, kini ia berada di Medan. “Kau tahu kenapa Kau tidak
dapat berjalan dengan baik setelah minum minuman keras?”. “Kenapa?”. “Karena kaki itu mengatakan Kau memecahkan
kaca dengan tanganmu, meneguknya ditenggorokan, dan membuat mabuk otakmu, tapi Kau
tidak pernah meminta kami, kami tidak akan berjalan, itulah yang membuat
seorang pemabok jalan sempoyongan”. “ Kau gila? pastinya”. “Kau tahu James Kau
tidak hanya mentraktirku minuman keras yang bagus, Kau juga orang yang baik
james”. “Ya kami orang bawahan selalu tahu, bagaimana cara menyuap orang, benar
?”. “Ya, saat kolektor mati, semua petugas polisi datang ke kantor kami, aku
ada di sana jadi aku tahu, tetapi tidak ada yang bertanya apa-apa padaku jadi
ya aku diam saja”. “Oh ya, ini adalah daftar staf kantormu, sekarang beritahu
aku siapakah yang paling korup, seperti Eddy, Tambunan”. Ya ternyata yang paling
korup adalah Tambunan untuk saat ini. Tambunan baru saja membeli sebuah mobil
mewah, dia juga menghabiskan 150 kg emas hanya untuk pernikahan putri semata
wayangnya. Daftar nama yang disodorkan James ada satu saja yang tidak termasuk
daftar korup ia bernama Adam, ia adalah seorang yang jujur dan pantang untuk
menerima suap, dia juga orang yang baik. Dari sanalah tergali informasi berkat
kecerdikan dan kesabaran seorang James, pelan tapi pasti ia menuju gerbang
keberhasilan untuk dapat mengungkap identitas Sang Mega. James menganalisis
satu persatu jaringan Mega yang ada di setiap kantor polisi. Ia membuat daftar
dan hipotesis. Ia berasusmsi bahwa di setiap kantor polisi ada satu petugas
yang jujur, sehingga memungkinkan Mega unntuk melakukan aksinya. Tapi yang
masih menjadi kebimbangan adalah bagaimana tim ini terbentuk?.
Pagi hari ini Mega
berjalan-jalan di Rumah Sakit Permata Hijau, akan tetapi tidak ada seorang pun
yang menyadarinya bahwa ia adalah Sang Mega. Tak luput dari korupsi, rumah
sakit ini ternyata juga terindikasi korupsi yang berat. Pengobatan yang
seharusnya ditangani secara ringan menjadi dimanipulasi harus ditangani secara
berat dengan biaya yang jauh lebih mahal, misalnya saja seorang ibu hamil
yang bisa saja ia melahirkan secara
normal disetting agar dilahirkan secara caesar saja. Begitu bobroknya moral
para petugas rumah sakit ini sampai-sampai ada seorang yang telah meninggal
karena kecelakaan masih bisa diterima di rumah sakit ini untuk dirawat inap.
Bahkan dengan dalih membutuhkan banyak operasi, membutuhkan dokter spesialis
jantung, membutuhkan obat yang sangat mahal, mereka memeras keluarga korban
sampai habis harta mereka untuk membiayainya. Setelah keluarga mereka sudah
tidak mampu membiayainya mereka baru mengatakan bahwa keluarganya itu telah
meninggal dunia. Itu adalah kejahatan HAM berat yang tergolong Kejahatan
terhadap Kemanusiaan, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 7 huruf b Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Perlindungan HAM. “Dokter, mereka bersikeras pada persalinan normal. “Sus Kau
sudah bekerja di sini selama bertahun-tahun, tetapi Kau masih tidak tahu bagaimana
berbicara dengan pasien?, katakan padanya bahwa caesar benar-benar aman, itu
aman”. “Tapi Dokter, mereka bersedia menunggu selama ini hanya untuk persalinan
yang normal saja”. “Terus bagaimana rumah sakit ini akan mendapatkan uang apabila
itu persalinan yang normal? dan bagaimana kami akan membayar gajimu?,
persalinan normal itu tidak mungkin, Kau harus melakukan C-section, jika mereka masih menunggu maka kami tidak akan
bertanggungjawab, katakan kepada mereka beberapa istilah medis”. Dari kejauhan
tampak seorang pasien menggendong anak perempuannya yang masih balita, ia diamati
oleh Mega. “Ini bayaran rumah sakit untuk hari ini, ayo Nak, sekarang kita
lihat ibu, mudah-mudahan sudah baikan”. “ Pak Novan tolong cek kan kamar 201”.
“Ok baiklah, Kau dapat mengklaim jenazah istrimu dengan menggunakan slip
pembayaran ini”. “ Apa? Jenazah?? mengapa Kau bilang begitu???”. “Istrimu
meninggal tadi malam”, jawab sinis Novan. “Meninggal katamu??!!, kapan??!, aku
di sini semalaman dengan anakku, mengapa kalian tidak memberitahuku?,
setidaknya Dia bisa melihat ibunya untuk terakhir kali, di pagi hari ini kalian
mengirim slip tagihan pembayaran rumah sakit dan saat aku kembali, kalian
membuatku berdiri di antrian pembayaran, kalian tidak memberitahuku jika dia
sudah meninggal”. Kata Novan, “ Lihatlah pekerjaan kami adalah untuk menjaga
rekening uang, bukan untuk pasien, lagi pula kami mengungkapkan informasi ini,
setelah semua tagihan dilunasi. Jika kami tidak melakukan tindakan demikian,
maka orang-orang sepertimu akan pergi tanpa membayar tagihan”. “Apaa ??(sambil
membentak Novan), Dia meninggal tadi malam, dan mereka tidak memberitahuku jika
dia sudah meninggal, untuk seminggu terakhir aku membayar tiap tagihan persis
seperti apa yang kalian minta, ini (sambil melempar segepok uang ke muka
Novan), ambil lagi (melempar uang ke muka Novan lagi), ambil itu semua, dengan
uang itu semua bisakah kalian membiarkan anakku untuk melihat ibunya untuk terakhir
kalinya?”. Setnov membalas, “ dengar Pak ini rumah sakit. Mohon jangan membuat
gangguan”. “Diam!!!”. “Ada aturan di sini, jika Kau punya masalah maka sekarang
Kau boleh pergi ke rumah sakit pemerintah sebelah”. Percakapan itu semua
membuat hati Sang Mega bergerak, membuat darahnya naik, membuat ia semakin
bergairah untuk cepat menyelesaikan
misinya. Akhirnya, ia kembali bergerak untuk mengingatkan para Kaum korup yang
telah memakan uang haram.
Mega
dengan membawa pasien yang bernama Warlan Surahmat. Pasien itu sebenarnya telah
mati, ia berniat menghancurkan mega korup di rumah sakit ini, maka kembalilah
ia dengan kegeniusannya. “Dokter. Mohon selamatkan dia. dia jatuh dari lantai
tiga dan dia tidak berbicara sejak saat itu, mohon selamatkan dia berapapun
biayanya”. “Perawat bawa ia ke bangsal darurat, dan Kau pertama harus membayar
biaya pendaftaran, cepat!”. “Jangan kuatirkan soal uang Dok, aku pasti akan
membayarnya”. Dokter pun memeriksanya dan didapatilah hasil bahwa pasien ini
telah meninggal dunia, akan tetapi doker-dokter itu tetap kekeh untuk
mempertahankan pasien selama keluarganya itu masih mampu untuk membayar. Mega
selalu membayar setiap tagihan dari rumah sakit. Tapi keluarganya tidak diperbolehkan
untuk melihat kondisinya. Para dokter dan perawat pun bersandiwara bolak-balik,
keluar-masuk ruangan ICU. Berpura-pura mereka membawa keluar-masuk obat-obatan,
sekantong darah, dan beberapa peralatan medis yang canggih. Akhirnya, karena
berjalannya waktu mayat yang ada di dalam ruangan kian lama kian membusuk. Akan
tetapi, Si Mega tetap masih membayar biaya perawatan. Para dokter pun
bermusyawarah bagaimana caranya untuk mengakhiri sandiwara itu?. Sudah diputuskan
bahwa, pasien akan dilaporkan meninggal. “Orang macam apa mereka?, mereka
bahkan tidak mengecualikan orang mati”. “Ya tunggu saja, apa yang akan mereka
lakukan selanjutnya?”. “Kalian akan mendapatkan aku suatu kesulitan pada suatu
hari nanti, tubuh ini mulai membusuk, kita tidak bisa membuat permainan ini menjadi
lebih lama lagi”, gumam dokter spesialis. “Tapi Pak, ketika dia bersedia
membayar, kami akan peras semua hartanya dan mengambil bagian kami”. “baiklah
marilah kita akhiri ini dengan sandiwara kecil”. “Permainan ini akan segera
berakhir”, begitu kata Mega kepada keluarga korban. “Heii Nak, bisakah Kau
merekam dengan menggunakan hanphoned?”.
“Ya bisa”, jawab anak korban. “Dokter
akan keluar setiap saat, fokus padanya, dia akan keluar dengan wajah sedih, dia
akan mengatakan, maaf pasien sudah tiada”. Akhirnya dokter yang ditunggu-tunggu
pun keluar dan benar tebakan Mega. “Maaf pasien sudah tiada, saya harap Anda
memberitahu saya terlebih dahulu sebelumnya”. “Dokter silahkan coba lagi”,
memelas Mega. “Cobalah untuk mengerti bahwa ia sudah meninggal”. “Pak Kau
adalah seorang spesialis, kumohon cobalah lagi”. “Apa yang Kau bilang?, bagaimana
bisa aku mengobatinya?, dia sudah meninggal”. “Kenapa? tidak bisakah yang sudah
mati diobati?”. “Apa?, ya kan sudah jelas bagaimana mungkin orang akan
mengobati pasien yang sudah mati?”. “Kenapa tidak? Ini Rumah Sakit Permata
Hijau, orang mati dapat diobati di sini. “Kau gila?, siapa yang bisa mengobati
orang mati hahh??”. “Kenapa tidak? apa aku gila? lihat baca ini, apa yang
tertulis di sana ini, baca itu!”. “Sang dokter pun membaca, Rumah sakit Permata
Hijau, dr. Anas menyatakan kematian pada pukul 11.25 WIB atas nama pasien
Warlan Surahmat”. “Ketika pasien sudah mati, apa yang kalian lakukan di
sana selama enam jam?, ini bukan hanya
sertifikat kematian pasien, tetapi itu adalah sertifikat kematian dari rumah
sakit ini”. Seketika tanda bukti sertifikat itu langsung dimakan oleh dr. Anas.
“Kau adalah orang yang ahli dalam menipu pasien dr. Anas, bisakah saya
mendapatkan salinan bukti sertifikat kematian itu (sambil menunjukkan salinan
bukti sertifikat kematian). Berapa banyak yang Kau mau?. Ada apa? tidak bisa
bernapas? haruskah aku memanggil dokter spesialis?. Sebagai gantinya maka rumah sakit ini harus
membuat cek senilai 500 juta rupiah atas nama Warlan Surahmat, kemudian berikan
pada isterinya ini, dan mengganti uangku yang telah aku gunakan untuk membayar
tagihan rumah sakit ini”.
Tragedi
di rumah sakit masih berlanjut, kini Mega sedang meminta pertanggungjawaban pimpinan
rumah sakit. “Beli dia, berapa banyak yang dia minta?”. “Dia sedikit sinis Pak,
tak ada yang tahu siapa dia?, dia terus
mengatakan ‘aku ingin menemui bosmu’, tapi akan aku coba bicara padanya soal
uang”. “Baiklah kalau begitu panggil saja dia kemari”. “Jadi Kau mau 500 Juta
Rupiah dalam pertukaran untuk semua bukti?”, tanya Urbaningrum selaku Presidir
Rumah Sakit Permata Hijau kepada Mega. “ Ya benar cek 500 juta rupiah atas nama
Warlan Surahmat, dan uang sebanyak 489 juta rupiah yang harus dikembalikan
rumah sakit ini untukku secara tunai”. Jelas pihak rumah sakit akan menolak
ganti rugi sebesar itu, Urbaaningrum pun marah, dia langsung mengerahkan
kacung-kacungnya untuk membunuh Mega.
Sekali lagi di sini Mega membuktikan betapa hebatnya ia dalam hal bela diri. Ia
mengalahkan lima belas orang dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
“Menghancurkan kebanggaanmu jauh lebih menyenangkan, daripada menghancurkan
tubuh orang, lebih baik Kau sekarang membayar dengan tenang, kalau tidak aku
akan menyegel tempat ini”. Akhirnya karena merasa terdesak dan terancam
Urbaningrum pun terpaksa memberikan cek itu dan uang Mega secara tunai. Akan
tetapi, Mega tak menepati janjinya, ia tetap mempublikasikan bukti-bukti bahwa
rumah sakit itu telah melakukan tindak pidana. Dampaknya kini banyak orang yang
berdemo di depan rumah sakit itu. Mereka menuntut supaya rumah sakit tersebut
ditutup untuk selama-lamanya. “Tutup Rumah Sakit Permata Hijau!, Tutup Rumah
Sakit Permata Hijau!”, begitulah teriakan para demonstran yang sudah geram
dengan tindakan di rumah sakit itu. “Pak orang ini menghianati kita, dia
mengambil uang dari kita, dan juga memberikan bukti kepada media, heiii pergi
bodoh!”. Tragedi demonstrasi di Rumah Sakit Permata Hijau kian lama kian
merajalela karena mereka tak mendapat tanggapan dari pimpinan rumah sakit.
Mereka merasa diabaikan, semakin lama menunggu mereka pun semakin geram dan
semakin marah. Akhirnya, waktu
Urbaningrum selaku pimpinan rumah sakit keluar dari kantornya ia langsung
dipukuli oleh para demonstran, alhasil, tewaslah Urbaningrum secara mengenaskan
karena luka pukul para demonstran.
Terbunuhnya
Urbaningrum membuat gempar bumi Indonesia. Seseorang yang memiliki sistem
keamanan baja, harta yang berlimpah, dan sangat terpandang di mata masyarakat
ternyata tewas secara mengenaskan. Tampaknya dengan meninggalnya Urbaningrum
belum selesai urusan Mega di rumah sakit ini. Kini ia dihadapkan dengan masalah
yang jauh lebih besar. Masalah apakah itu? ternyata Urbaningrum adalah anak
dari Setnov yang merupakan musuh bebuyutan Mega. Singkatnya keluarga Mega
dibunuh oleh Setnov sekitar sepuluh tahun yang lalu. Keluarganya dibunuh karena
mereka menentang kekuasaan Setnov di negeri ini. Mega adalah satu-satunya orang
yang selamat dari teror Setnov. Nenek, kakek, ayah, ibu, kakak, adik, dan
istrinya yang sedang hamil dibunuh secara kejam di depan matanya. Kulit mereka
disayat, mata mereka dicongkel dengan sendok, pipi mereka diseset dengan pisau,
dan mayat mereka di buang di Sungai Ciliwung.
Beruntung Mega waktu itu masih sempat melarikan diri, meskipun dengan
luka tusuk di dadanya dan napas yang hampir hilang. Di tengah pelarian ia ditolong
oleh para petani serta orang-orang pinggiran berekonomi lemah sehingga ia masih
dapat melanjutkan hidupnya. Begitulah sikap dan karekter Mega terbentuk dari
sebuah penderitaan berkepanjangan, maka ia mulai membangun tekad untuk
menegakan kebenaran dan membumihanguskan kemungkaran. Pelan tapi pasti ia
membangun jaringan orang-orang jujur di setiap kota besar di Indonesia untuk
menggulingkan para penguasa yang dzalim. “Kumohon diam! Kau tahu siapa aku kan?
aku adalah Setnov, akulah orang tepandang!, akulah orang terpandang!. Pertama dia
membunuh anakku dan kedua dia telah menentang reputasiku, aku mau dia, aku akan
bunuh dia dulu, baru kemudian memandikan jenazah anakku”. “Tapi Pak, memang
banyak yang melihat wajahnya, tapi tak seorang pun yang tahu tentang dia”.
“Jadi dia hanya datang dan pergi setelah merusak segalanya?, dan Kau tidak tahu
apapun?”. “Iya Pak kami tidak tahu apapun tentang dia bahkan wanita yang ia
beri uang 500 juta rupiah pun tidak mengetahui identitasnya, dia hanya bertemu
secara kebetulan di depan Rumah Sakit Permata Hijau”. Setnov pun kesulitan siapa
sebenarnya yang telah membunuh anakanya itu?. Ia terheran-heran mengapa tak ada
seorang pun yang tahu mengenai identitasnya ?. Setnov pun mulai mencari melalui
rekaman CCTV. Hasilnya Setnov pun terkejut ia tidak menyangka kalau Aditya
masih hidup. Ia dulu pernah mencoba untuk membunuh dengan tangannya sendiri
tapi gagal karena ia berhasil melarikan diri. Kini ia semakin panas dan
nafsu membunuh Adit untuk kedua kalinya.
Sedikit
demi sedikit identititas Sang Mega pun mulai terbongkar. James pun sudah beberapa
langkah lebih maju dalam melakukan penyelidikan terkait Sang Mega. Ia beberapa
langkah lebih maju atau bahkan jauh lebih maju tinimbang para komandan-komandan
polisi yang hanya saling berdebat kusir di meja rapat. Ia mendapatkan petunjuk baru terkait identitas
Mega. Ia mendapati petunjuk bahwa
pekerjaan Mega adalah pekerjaan organisasi yang tak mungkin dapat
dilakukan seorang diri, ia pasti punya koneksi dengan orang-orang jujur yng
tersebar di setiap daerah di Indonesia. Ia juga telah memecahkan masalah
terbesarnya, mengapa dan bagaimana organisasi yang demikian rapih itu terbentuk?
ia pun melakukan perenungan dan didapatlah jawaban bahwa koneksi orang-orang
jujur itu terbentuk karena koneksi kampus. Mengingat kampus adalah tempat jajak
pendapat yang tidak boleh mendapatkan intervensi dari siapapun termasuk
penguasa, polisi, bahkan oleh presiden sekalipun. “Haii James?, selamat datang
kembali ke kantor, Kau tahu sejak hari Kau pergi untuk cuti medis, aku harus
menyajikan sendiri gorengan dan saus merah”. “Ya dan jika aku diberi cuti satu
minggu lagi, aku berjanji akan membawa Mega dengan skuter ini”. Saat memasuki
ruangan kantor seperti biasanya para komandan sedang berdiskusi mengenai siapa
sebenarnya Mega?. Akan tetapi, diskusi demi diskusi yang mereka lakukan tidak
mengalami kemajuan sedikit pun. “Dengar, aku sudah memikirkan rencana besar
untuk menangkap Mega, ada petugas yang jujur di setiap kantor yang memberikan
informasi kepada Mega, OoOo, selamat datang James, kehadiranmu telah disucikan
oleh kantor polisi kami, lama kita tak jumpa. Bagaimana kabarmu?”. “Pak, aku
sudah cuti selama beberapa hari, Pak aku butuh lima hari lagi, Pak aku perlu
pergi untuk menangkap Mega”. “Apa? Kau ingin melakukan sesuatu yang tidak bisa
kami lakukan, jangan berlagak seperti James Bond, kamu itu hanya seorang supir
sub-inspektur”. Tetap saja bakat luar biasa yang dimiliki oleh James tidak bisa
diakui oleh mereka. Mereka hanya menganggap James main-main saja dan
menganggapnya rendah. Padahal ia adalah seorang yang genius, hanya saja ia
kurang beruntung, ia tak mampu membayar suap untuk menjadi seorang inspektur,
sehingga kini ia hanya sebagai seorang supir sub-inspektur yang sering dihina.
Memang di negeri ini suap telah mengalahkan bakat, bagi siapa saja yang punya
harta? maka, ia dapat menjadi apa saja.
Begitulah kenyataan perih di negeri ini, negeri yang dipenuhi oleh para
politikus berwajah malaikat, berhati iblis.
Setnov
masih sibuk menyusun strategi untuk menangkap Mega. “Bos, ada delapan juta pemilih
di Jakarta Pusat, tetapi foto Aditya tidak cocok dengan siapapun”. “Aku tidak
peduli, aku mau dia”. “Dengar Nona, ambilah kembalianmu”. “Wow, sejak kapan
supir taksi menjadi sangat jujur?”. “Sejak kita tidak ditarik biaya tambahan
Nona, sekarang tidak ada biaya lagi yang membebani kami, asal polisi tidak
minta suap saja, kita tidak harus membayar lagi untuk memperbaharui surat izin
kami, korupsi sudah mati berkat Mega, tidak ada korupsi berarti uang yang susah
payah kita kumpulkan itu pun sudah cukup Nona”. “Tidak simpan saja itu”. “ Ya
baiklah kalau Nona memaksa, terimakasih”.
Setnov
masih saja menyiapkan strategi untuk menangkap Mega, “Ketika minuman keras lama
dan kenangan lama ada di pikiranmu, itu membuat seorang pria diluar kendali”.
“Tetapi siapa orang itu yang dapat membuat di luar kendali?, permusuhan macam
apa yang memiliki dendam dengan Anda?”. “Bahkan jika api itu padam, ada
percikan api yang tertinggal, yang bisa berubah menjadi api kapan saja, ingat
kasus bangunan Hambalang?”. “Yang mana? oh yang itu, yang salah satunya runtuh
sepuluh tahun yang lalu?”. “Ya, yang itu, keluarganya adalah salah satu diantara
orang-orang yang mati itu, beberapa orang sangat serius dengan keluarga
mereka”. Kejadian waktu itu telah menewaskan 219 orang. Bangunan Hambalang yang
runtuh itu juga telah menyebabkan lebih dari seratus orang masuk rumah sakit.
Awal mula terjadinya adalah karena perintah Si Setnov itu sendiri, yang awal
mulanya ada sungai tapi berdasarkan perintah Setnov sungai itu akan dititutup
dan akhirnya sungai itu pun ditimbun, dan itu menjadikan lolos dalam pengurusan
izin pembangunan di tanah itu. Seperti yang sudah diketahui sebuah bangunan
yang berdiri di atas timbunan sungai tidaklah akan bertahan lama, tetapi Setnov
memerintah untuk memanipulasi data, bahwasannya itu adalah tanah kering. Atas
kejadian itu pun ia tak mau bertanggungjawab, padahal itu adalah jelas
kesalahan dan kecerobohannya, Setnov terus mengelak, ia terus bersilat lidah.
Hingga datanglah seorang pemuda yang bernama Aditya yang membawa bukti-bukti
kebobrokan seorang Setnov. Tak diketahui dari mana ia mendapatkan bukti-bukti
itu, yang jelas karena bukti yang ia miliki ia diundang oleh Setnov ke rumahnya
diajak untuk berdiskusi. Disana, Aditya menolak berbagai penawaran dari Setnov.
Hal itu tentu saja membuat Setnov naik pitam dan langsung melakukan aksi
kekerasan kepada Aditya. Hingga akhirnya dada sebelah kiri Aditya tertusuk
pisau, akan tetapi ia masih sempat melarikan diri dan akhirnya tergeletak di
pinggir jalan. Beruntung ada petani-petani yang baik hati yang menolongnya,
sehingga hidup Aditya masih bisa terselamatkan. Begitulah masa lalu yang
merupakan awal mulai dari konflik berkepanjangan ini. Setelah Aditya pulih
kembali, ia bertekad untuk menjadi orang yang dermawan dan bertekad untuk
menjadi pahlawan bagi rakyat serta menjadi penjahat bagi para pejabat yang
korup. Aditya sedikit demi sedikit membangun kekuatan untuk meruntuhkan
penguasa yang dzalim. Demikianlah awal
mula pertemuan antara Setnov dengan Aditya terjadi. Mulanya Setnov
mengira bahwa Aditya pasti sudah mati di jalanan itu, tetapi ternyata tidak,
dan kini ia malah muncul dengan membawa api yang lebih besar.
Ya Setnov memang masih
menganggap bahwa nama ‘Setnov’ itu bukan hanya sebuah nama, akan tetapi itu
juga sebuah simbol. Percakapan singkat antara Setnov dengan Aditya pun
terlintas di pikiran Setnov saat ini, “Saya akan memberi Anda dua kesempatan,
Anda boleh menelpon siapapun di negeri ini yang Anda sukai, yang Anda anggap
bisa membantu kondisi Anda saat ini, silahkan lakukan dan mengeluhlah”. Aditya
waktu itu menelpon kantor komisaris dan sekretaris rumah menteri tetapi mereka
tidak ada yang mau membantu mengurusi perkara runtuhnya bangunan Hambalang,
mereka tak mau berurusan dengan Setnov sang raja korup. Meskipun Aditya
memiliki semua bukti-buktinya tetapi ia pada akhirnya gagal memberikan hukuman
kepada Setnov. “Hmm, semua jaringan sedang sibuk yaa, ha ha ha, aku adalah
orang yang telah menyuap mereka semua dan oleh karenannya pasti mereka akan
patuh padaku, tetapi jangan khawatir aku tetap akan membayarmu juga, setiap
korban meninggal karena reruntuhan itu telah aku ganti dengan uang sebesar 250
juta rupiah, jadi Kau akan mendapatkan
500 juta rupiah untuk istri dan calon anakmu yang masih dalam kandungan, ahh
sudahlah lupakanlah saja, aku akan beri Kau satu miliar rupiah, puas kan?,
bahagia kan?, bawalah uangnya, Kau masih muda, menikahlah lagi dan
bersenang-senanglah, mulailah hidup baru”. Kejadian itu kembali teringat dengan
jelas oleh Setnov, “Aku suka orang-orang yang tidak menyukaiku, orang tersebut
berarti memiliki keberanian, sekarang cepat kalian cari tahu semua orang yang
bernama Aditya di seluruh pelosok negeri ini!”, perintah Setnov kepada kacungnya.
Identitas Mega pun
mulai basah di beberapa tempat. Berbagai kantor berita pun masih
memperbincangkannya. “BMC diserang oleh Mega!, Petugas BMC yang korupsi
digantung mati, Polisi telah membayar pajak kepada Mega”, begitulah isu yang
beredar di masyarakat. Sekarang Mega sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih
besar lagi. “Geser Anil dari posisi enam ke posisi tiga, geser Tpsy untuk
menjadi target kedua kita”, begitu lah prioritas yang dibuat oleh Mega. “Pak,
saya baru saja dapat informasi, petugas CBI telah ditunjuk oleh kantor pusat
untuk menangkap Mega, namanya D’Bhoz, ia sangat kuat Pak”.
D’Bhoz
yang baru saja sehari sampai di Indonesia langsung mengadakan rapat bersama
dengan para inspektur di kantor polisi Jakarta Pusat tempat James bekerja.
“Mega, Ia telah mencuri para kolektor
disiang bolong, dia membunuhnya dan menggantungnya!, lalu apa? di wilayah
kolektor! Kantor BMC! Kantor Pendapatan Pajak! dan beberapa kantor pemerintahan
lainnya, dimana tewas disiang hari, bulan telah berlalu, dan aku tidak tahu apa
alasan semua ini”, kalimat pembuka D’Bhoz dihadapan para inspektur. “Pak, kami
sudah berusaha keras, Mega sangat cerdas”. “Ssshhh, aku tak peduli akan itu,
haaa”. Ditengah perdebatan panas dalam mencari Mega, munculah kembali CD yang
diedarkan oleh Mega di seluruh penjuru nusantara. “Aku kembali! Merindukanku?,
ketika seratus orang berkumpul dan merusak hidup kalian, apakah ini disebut
pernikahan?, tetapi ketika ada sepuluh juta orang bersama-sama merusak negara,
itu namanya adalah pemerintahan yang korup, tulisan mata uang hanya ada pada
wajah Soekarno-Hatta, bukan pada tongkat kekuasaannya, itulah sebabnya beberapa
orang menjadi manja, daftar ini siap, mari kita lihat apa yang akan terjadi
pada hari Jumat ini?”, begitulah isi dari CD yang kali ini kembali dikirim oleh
Mega. “Sekarang bagaimana Pak?, bagaimana kita menemukan petunjuk hanya dengan
dari CD ini?, dia telah mengancam kita terang-terangan, bagaimana kita
menangkap suara Pak?, kami tidak cukup memiliki kekuatan polisi apabila dibandingkan
dengan koruptor di kota ini, dan kita pun tidak tahu departemen mana yang akan dia
targetkan kali ini”, tanya inspektur kepada D’Bhoz. Rapat pun akhirnya ditutup
untuk sementara waktu, disamping itu di depan kantor polisi itu telah
berbondong-bondong para jurnalis yang akan mewawancarai D’Bhoz. “Pak CD Mega
ini telah meneror seluruh negara, apa yang akan polisi lakukan mengenai itu?”.
D’Bhoz menjawab “aku ingin meyakinkan
semua orang melalui Anda, bahwa keamanan seluruh negara adalah tanggung jawab
kita, jadi jangan khawatir”. “Mega telah mencetak dua goalnya, namun sampai
saat ini polisi tidak melakukan apa-apa?”. “Lihat, tak ada yang perlu untuk
dicemaskan atau ditakutkan terutama dari seorang penjahat yang bersembunyi
dibalik bayangan, dia tidak memiliki keberanian untuk menunjukkan dirinya, jadi
tenanglah oke, segalanya telah berada
di bawah kendali kita”.
“Ya
bagaimana?, tanya D’Bhoz kepada stafnya. “Kami baru saja menerima kabar bahwa
Mega telah menculik Gubernur Sumatra Utara Pak?”. “Apa, cepat cari dia dan bawa
kembali segera ia ke kantor polisi?”. “Pak, Pak, saya juga baru mendapat telpon,
baru saja Mega telah menculik seorang petugas polisi”. “Hahh??”. “Pak Menteri
ESDM juga telah diculik oleh Mega Pak, bagaimana ini?, bagaimana mungkin Mega
melakukan pencurian orang-orang elit dalam waktu yang sekejap saja?”. “Shhhss,
sekarang daftar Top 10 orang terkorup di negeri ini tinggal empat saja yang
belum tertangkap, sekarang kita dalam perlombaan untuk melawan dia, siapa petugas
polisi yang paling korup?, aku yakin
semuanya sudah tahu, beri tahu aku sehingga aku bisa menyelamatkannya,
katakan!!”, bentak D’Bhoz kepada para inspektur polisi. Mereka pun serentak
menjawab, “Eddy Pak”. Seketika itu D’Bhoz seorang pemburu profesional langsung mencari keberadaan Eddy, ia akan
melindunginya dari serangan Mega. Sesuai dugaan dari daftar berikutnya memang
Mega akan menyerang Eddy. Disisi lain D’Bhoz telah mengumpulkan pasukan polisi
bersenjata lengkap ke tempat Eddy berada. Sayang sekali D’Bhoz kembali gagal
untuk menyelamatkan orang elit. Mega telah bergerak jauh lebih cepat dengan
perencanaan yang lebih matang, hingga akhirnya Mega benar-benar dapat
mebunuh Eddy tanpa ada perlawanan yang
berarti, kini Mega menang telak. Selain karena ia berhasil membunuh Eddy,
identitasnya juga belum terungkap oleh siapapun. “Sekarang peringatkan semua
pos pemerikasaan!, pasang pos pemeriksaan dimana-mana, setiap pos jangan sampai
ada yang tertinggal, jangan biarkan bahkan satu mobil pun lewat, cari setiap
mobil, cari setiap orang, peringatan untuk setiap pos pemeriksaan”, komando
D’Bhoz kepada pasukannya.
Di
hati Mega tidak pernah melihat atau berpikir bahwa ia akan kehilangan hatinya
untuk yang tercinta. “Aku berpikir untuk mendedikasikan hidupku untuk mereka
yang menyelamatkan hidupku, sekelompok pemuda yang memiliki strategi sederhana,
jika Kau suka maka ikutlah, jika tidak
maka jangan, kecintaan terhadap tanah air mengalir dalam darah kami, tetapi
hanya untuk liga-liga bola dan tak lebih dari itu, tetapi seiring dengan
berkembangnya waktu organisasi ini mendapatkan penilaian lebih daripada hanya
sekadar pemilu, beri aku 100 hati dan energi pemuda dan aku akan merevolusi
negeri ini, aku membawa pikiran ini melalui tindakan, setelah berbicara kepada
mereka aku sadar. Memiliki keberanian, tetapi tidak ada kekuatan. Memiliki kekuatan,
tetapi tak ada keberanian. Jika pun seseorang memiliki keduanya maka yang akan tercipta
hanyalah, ‘korupsi’, seluruh sistem telah menjadi rawa, semua orang tahu bahwa
situasi itu begitu menyedihkan. Korupsi secara perlahan telah berubah
menjadi kecanduan seperti anti-depresan,
kemudian akan mati tetapi secara perlahan. Kami semua memutuskan, tidak ada
gunanya mengorganisir demonstrasi 212 nanti. Sekarang masing-masing dari kita
harus menyalakan api di hati kita. Kami telah mengajarkan sopan santun pada
binatang, kini saatnya untuk mengajarkan sisi kemanusiaan pada binatang.
Perlahan kita tumbuh, tim kita semakin lama semakin siap. Hanya ada satu tujuan
kami yaitu untuk menyebarkan teror Mega hinggga ke tingkat aparat pemerintahan
pusat. Oleh karenannya, aparat-aparat itu akan berpikir dua kali bahkan sebelum
mengambil gaji mereka sendiri. Di sini, aku telah merangkai benang yang kita
butuhkan untuk membawa mutiara ini bersama-sama”, jelas Mega pada Suryani,
seorang jaksa perempuan yang telah berhasil mencuri hatinya. Tanpa menunggu
penjelasan lebih lagi dari Mega Suryani pun mengimani apa yang dianggap benar
oleh Mega, sehingga mereka tetap bersama. “Pak kita sudah melakukannya, di
Facebook, Twitter, Instagram, Line, Website, serta di semua media sosial,
penjahat terbesar ‘Mega’ telah berubah statusnya menjadi pahlawan yang terbesar.
Mega menjadi trending nomor 1, seluruh dunia membicarakan tentang Dia dan
setiap orang ingin tahu, setiap orang memiliki pertanyaan yang sama, siapa
Mega? buknkah itu kabar yang bagus? apa yang terjadi?, mengapa tidak ada yang
bereaksi?, kata anggota tim Mega. “Ahmed, daftar yang kita buat untuk para
petugas polisi yang korup, nama ayahmu berada di atas, apa yang harus kita lakukan?”.
“Apa lagi Pak? Kolektor, distrik kolektor, mereka juga punya anak Pak, akan
tetapi yang dilihat hanyalah kejahatan mereka, bukan keluarga mereka”. “Bukan
Twitter atau Facebook, Kau membuatku sadar bahwa misiku berhasil, ketika
orang-orang berdiri melawan kejahatan yang dilakukan oleh kerabat mereka
sendiri, maka pada saat itulah orang-orang seperti Mega sudah tak diperlukan
lagi. Hal itu adalah pendapat dan aku ingin melampauinya dan aku berhasil”. “Tapi
Pak, apa ayahku sekarang masih di sini? kalau iya maka aku tak bisa melihat ia
menderita, mungkin dia jahat, tetapi aku adalah anak terbaiknya”.
“Mega,
Mega, dan Mega itu-itu saja yang orang-orang bicarakan, dan suaranya, setiap
kali aku mencoba untuk tidur suaranya bergema di telingaku, aku ingin tahu
apakah hanya aku satu-satunya orang yang melewatkan malam tanpa tidur?, atau
adakah para inspektur di sini yang mengalami hal serupa denganku?, siapapun”.
Hal itu adalah kesempatan bagi James untuk mengungkapkan identitas Mega yang
sebenarnya, “Pak kita berjuang melawan ini hanya dengan menggunakan sarung,
bukan dengan menggunakan pedang”. “Hei diam Kau sopir, abaikan dia Pak D’Bhoz, dia
itu hanya James Bond lokal kita yang sok tahu”, gentak para inspektur. “Pak D’Bhoz yang kuhormati untuk sekarang ini
tidaklah mungkin Anda dapat menaangkap Mega”. “Diam Kau, berisik, Whoii”.
“Apaa!!”. “Diam Kau James, atau Kau akan kupecat?”. “Aku sudah tak peduli lagi
dengan pekerjaan, aku akan mengundurkan diri, aku tak mau lagi bekerja untuk
orang-orang yang sombong seperti kalian, Pak D’Bhoz mereka pikir seseorang akan
menghidangkan Mega di atas piring mereka, Mega bukanlah penculik biasa Pak, dia
berada dalam misi, dia dalam misinya sendiri”. “Jangan lupa Kau itu sedang
berbicara dengan agen CBI”. “Diam, apalagi yang Kau tahu tentang dia James?”,
tanya lagi D’Bhoz. “Lihat ini Pak, daftar petugas kolektor Jakarta”. James pun
diberi tempat oleh D’Bhoz, ia diapresiasi atas hasil penyelidikannya terhadap
Mega, kini ia lebih dipercaya D’Bhoz
daripada para inspektur polisi itu. “Kerja bagus James, sembilan puluh persen Kau
telah memecahkan kasus ini, tetapi mengapa Kau tidak memberitahu siapapun
sampai sekarang?”. “Pak, aku hanyalah seorang sopir”. “Lalu ayo kita segera
bergerak James”. D’Bhoz telah mendapatkan
informasi yang sangat berharga dari James. Ia pun mulai kembali melakukan
pergerakan untuk menangkap Mega dengan perencanaan yang lebih mantap lagi.
D’Bhoz
ke acara reuni tahunan di kampus nasional. Tempat ini merupakan awal mula syndicate Mega itu terbentuk. “Pak, baik
polisi atau pun preman tidak diperbolehkan masuk gerbang ini, itu adalah aturan
Universitas Nasional Pak”. “Apa ini semacam lelucon?, tidak bisakah kalian
mengosonkan kuliah sebelum aku sampai di sini?, berhenti menatapku keluarkan
mereka!”. “Pak biarkan saja, jika tidak maka itu akan menjadi masalah besar”,
sahut James. “Baiklah kita tidak dapat masuk, tetapi kita akan menangkap mereka
yang berada di luar kampus, dapatkan daftarnya, tangkap setiap orang”. Mereka
pun mulai menangkap satu persatu jaringan Mega yang berada di luar kampus, kini
sudah beberapa puluh mahasiswa dan pejabat jujur telah tertangkap. Dengan demikian,
jaringan syndicate Mega semakin
terblokir. Kini pihak kepolisian telah mengalami progres yang cukup pesat dalam
mengungkap identitas Mega. Akan tetapi, Mega juga sangat lihai dalam
mempermainkan strateginya, hingga tetap saja pihak kepolisian kesulitan untuk
menangkapanya.
Setnov
juga telah menyiapkan strategi yang matang untuk menangkap Mega,“ Sekarang
proyek Setnov terlihat illegal karena teror Mega ini, seluruh lobi real estate khawatir, karena kalian
semua, jika kalian menyukai gaya Mega maka jadilah kalian seperti itu, Mega
menangkap Top 10 petugas terkorup di negeri
ini, untuk mendapatkan pesan melalui mereka aku pun telah menangkap 10
petugas yang jujur, siapakah diantara kalian yang paling jujur, hayo, siapa namamu?”. “Namaku
Tuas Cere”. “Apakah Kau puasa terhadap uang?, tidakkah istrimu akan menuntutmu?,
apakah Kau ingin medali untuk kejujuranmu?, hahh? Bukkk”, Setnov menendang Tuas
dari Rooftop, dia pun meninggal dalam
kejujuran. Kini benar-benar telah berkurang satu anggota jujur Mega.
“Bagimana
kita menangkap Mega?, siapa saja?”, tanya D’Bhoz berkali-kali. James mengangkat
tangan, “Pak bolehkah saya ?”. D’Bhoz mengkode tanda mengiyakan. “Bahwa untuk
menangkap Mega kita harus berpikir seperti dia”.
“Duduk James, inspektur Tolil silakan
Anda bergeser ke kursi sebelah”. “Pak jika saya Mega saya akan menentang
perbuatan Setnov yang telah membunuh pejabat yang jujur”. “Mengapa?”. “Dua hari
yang lalu dia membunuh seorang petugas yang jujur, Tuas Cere, karena dia menolak
untuk menerima suap”. “Tetapi kita tidak punya bukti?”. “Tapi Pak, setiap orang
tahu kalau dialah orang yang melakukan itu”. “Ya itu benar Pak”. “Setnov ingin
mempertahankan rasa takutnya diantara orang-orang, tapi Mega pasti akan
menghukumnya”. “Pak haruskah kita menangkap Setnov dan memberinya perlindungan?”.
“Begini, ada aturan praktik dari sebuah pencarian, gunakan kambing sebagai
umpan, selama singa tidak keluar, dengan demikian kita hanya perlu mengawaasi
Setnov, dan kemudian Mega akan dalam cengkeraman kita”. Mereka pun punya
rencana cemerleng untuk menangkap Mega. Mereka berencana akan mengawasi Setnov
pada saat pesta ulang tahunnya dan baru kemudian akan mendekap Mega.
“Setnov
harus mati”, ucap Mega kepada anggota timnya. “Kita akan membunuhnya pada saat
pesta ulang tahunnya”, lanjut Mega. Saat yang ditunggu-tunggu Mega akhirnya pun
tiba, pesta ulang tahun Setnov telah dimulai, mereka yang menghadiri pesta itu
memakai topeng wajah Setnov tanpa terkecuali, hal itu membuat Mega lancar dalam
melakukan aksinya. “Sampai bulan dan matahari bersinar di langit, Tuan Setnov
akan selalu diingat”, begitulah yel-yel dukungan dari antek-anteknya pada saat
mau pemotongan kue ulang tahun. Pada saat yang bersamaan Mega telah berhasil
menyekap Setnov dan membawa keluar dari kerumanan orang di pesta itu. Sekali
lagi di sini rencana dari Sang D’Bhoz berhasil diantisipasi oleh Mega, D’Bhoz
pun harus gigit jari karena ia kembali gagal menangkap Mega.
“Perikasa
setiap pos yang sudah dibentuk selama berjam-jam, tapi masih tak ada kabar,
apakah yang menjadi alasan dibalik penculikan Setnov?, Kau bisa melihatnya
dengan jelas di sini, di sini seluruh kekuatan polisi berusaha keras untuk
menemukan penculiknya”, berita penculikan Setnov di media pun hanya dalam
beberapa menit mencuat. “Memalukan, padahal ia sudah di depan mata kita, tapi
kita masih gagal menangkapnya, keberuntungan macam apa yang dia miliki hingga
bisa lepas dari cengkeraman kita selama beberapa kali?”, greget D’Bhoz. Ia pun
terkejut tatkala ada sekelompok orang yang datang yang hendak membebaskan
tawanan D’Bhoz. “Pak dia adalah istri lektor yang suaminya dulu dibunuh oleh
Mega”. Kata D’Bhoz, “Mega sudah membunuh suami nyonya, dia sudah membunuh
suamimu, ayahnya, beritahu dia untuk memberitahu kami dimana Mega bersembunyi
sekarang?”. “Luth, jika Kau mmemberitahu mereka segalanya, maka
pertimbangkanlah kematian ibumu”. “Nyonya?? Apaa??”. “Kau seorang istri polisi
mendukung seorang penjahat”, lanjut D’Bhoz. “Yah aku tak mengerti, kenapa?
siapakah Mega? , mengapa penjahat mendapatkan begitu banyak dukungan?”. “Karena hukum tak melaksanakan tugas yang
seharusnya”. “Maaf”. “Polisi harus menahan petugas pemerintah yang korup, lalu
pengadilan harus menghukum mereka, jika hukum lemah, maka seseorang harus
melakukan sesuatu”. “Jadi Kau pikir Mega benar menurut hukum?”. “Pak masyarakat
tidak menderita karena penjahat melakukan kesalahan, tetapi masyarakat akan
menderita saat orang yang mampu tidak melakukan apa-apa, Mega adalah orang yang
baik, ia mampu melakukan sesuatu untuk kita”. “Kau mengenalnya kan?, Kau tahu
siapa dia?”. “Aku tahu alasannya, yang mana orang bisa berubah menjadi Mega”.
“Saat
Kau menyalakan obor, dimana ada satu tempat yang masih tetap gelap?, bodoh, ya
tepat di bawah obor, polisi berjalan pontang-panting tetapi tidak ada yang
mencari di rumahmu Setnov”. “Kau mau balas dendam Aditya?, aku ini Setnov, aku
punya simbol yang tinggi di dalam masyarakat”. “Apa ini soal simbol yang Kau
ocehkan?, perhatikan baik-baik Setnov!, sekarang aku lebih berpengaruh daripada
dirimu”, (sambil menggebrak meja). “Kau?”. “Ya aku, bahkan 50 mil, saat
seseorang menerima suap mereka mereka berkata,’jangan terima atau Mega akan muncul’
”. “Kau Mega ?”. “Ya aku adalah Mega, Aditya adalah Mega”. “Hahh? Kau adalah
Mega, Sssshhh”, terkejut Setnov. “Sepuluh tahun yang lalu Kau memberikan dua
kesempatan padaku, hari ini aku memberikanmu tiga kesempatan, Kau bisa
memanggil siapapun yang Kau mau dan beritahu mereka siapa dirimu, Kau akan tahu
siapa yang lebih terpandang Kau atau aku, ini, teleponlah”. “Halo”. “Ya halo”.
“Mare ini aku Setnov, aku dalam masalah Mare, Mega menculikku”. “mengapa Kau
menyeretku dalam kekacauan ini, jika Mega tahu, aku akan dihukum”. “Jika Kau
menolongku sekarang aku akan mengangkatmu menjadi Mendagri dan menaikan gajimu
menjadi sepuluh kali lipat, hari ini aku dalam bahaya, halo-halo”, tut-tut-tut,
Mare memutuskan saluran teleponnya. “Ha ha ha ha, kesempatan kedua”. “Halo
Kantor Komisaris?, ini Setnov, Mega menahanku, apa ini kantor polisi?”. “Bukan,
ini kantor polisi”. “Itu yang aku katakan tadi, ini kantor polisi kan?”.
“Itulah yang aku katakan juga, ini kantor polisi bukan pangkalan pizza”. “James
ada apa “, tanya rekannya di kantor polisi. “Ini orang gila Pak, dia menelepon
kantor polisi dan memesan pizza, untuk terakhir kalinya ini adalah kantor
polisi”, tut-tut-tut, telpon kedua pun gagal. “Ha ha ha ha, Mega lebih punya
nama daripada dirimu”. “Pengecut ini hanya tidak membuatku sebagai Setnov.
Setnov bukan sekadar manusia biasa, dia lebih dari itu, dia adalah simbol!.
Kemarahan Setnov pun telah pada puncaknya. Ia tak mencoba kesempatan ketiga, ia
mengadakan perlawanan secara fisik kepada Mega. Perlawanan yang ia lakukan pun
sia-sia. Aditya adalah Mega, ia adalah seorang dosen yang tidak hanya ahli
fisika, pandai bela diri, tapi ia juga orang yang bergerak dalam misinya
sendiri. Akhirnya, Setnov pun mati secara mengenaskan oleh Mega, kakinya patah,
matanya tercongkel, dadanya sobek, dan kepalanya berpisah dengan tubuhnya.
Kini dengan terbunuhnya Setnov yang merupakan
masa lalu buruk bagi Aditya maka berakhirlah misi Sang Mega. Kini layaknya
seorang pahlawan ia pun menyerahkan diri ke kantor polisi dan mengakui semua
pembunuhan yang dilakukannya terhadap Top 10 penguasa terkorup di Indonesia.
Akan tetapi, masyarakat berdemo, mereka berpandangan lain, mereka tak
menganggap Aditya sebagai seorang penjahat, mereka menganggap Aditya adalah
sosok pahlawan bagi rakyat, ia merupakan contoh bagi setiap pemuda di negeri
ini. Di sini Mega pun menyerahkan diri kepada pihak kepolisian. James, para
inspektur kepolisian, D’Bhoz, dan semua masyarakat akhirnya tahu bahwa Mega
adalah Adit, Adit adalah Mega. “Aku kemari untuk menyerahkan diri Pak, aku
telah membunuh seorang kolektor, seorang petugas kepolisian, dan beberapa
petugas korup lainnya, dan sekarang aku baru saja membunuh seorang pebisnis
terkenal, ‘Setnov’, aku yakin Kau sudah mendengar tentangnya, aku akan
bertanggungjawab penuh atas semua pembunuhan ini, aku merencanakan semua
pembunuhan itu, dan aku melakukannya dengan akal sehat, ini adalah
perjuanganku, aku mohon padamu untuk membebaskan semua mahasiswa dan pejabat jujur yang Kau tahan”. Berita-berita pun
tersebar di seluruh negeri bahwa Mega yang tidak lain adalah Aditya akan
dijatuhi hukuman mati karena pembunuhannya. Ia memang berada dalam misinya, ia
memang tidak salah, akan tetapi ia telah keluar dari jalur hukum sehingga hukum
yang ada tetap juga harus ditegakkan,
maka layaklah ia dihukum mati.
Jutaan orang mengirim petisi pembebasan Mega kepada presiden. Setiap orang
turun ke jalan untuk melakukan aksi demo pembebasan Mega. “Bebaskan Mega,
bebaskan Mega”, itu adalah slogan yang mereka bawa dalam melakukan aksi demo.
Mega adalah fenomena yang telah mengambil alih Indonesia, demonstrasi memprotes
untuk membebaskan Mega. Di sini, hukum
menjadi bimbang, ada suatu anomali untuk pembunuuhan Mega. Di dalam persidangan akhirnya Mega ditawari
untuk memilih bebas atau memilih hukuman mati, sungguh itu adalah pilihan
antara hitam dan putih, sudah sangat jelas orang pada umumnya akan memilih yang
mana. Sayangnya, ia memilih hukuman mati. Ia pun mendeklarasikan pilihannya
kepada publik. Dihadapan publik ia berpidato,“Haruskah kita mengambil presensi?”.
“Ya Pak, mereka tidak akan dapat menghukum Anda Pak, kita akan pergi ke
presiden Pak, dia harus mengampuni Anda”. “Aku tidak pernah mengampuni setiap
orang yang salah, jadi bagaimana bisa aku memaafkan diriku sendiri?”. “Anda
bukan penjahat Pak, apa yang Anda lakukan itu benar, jika terjadi apa-apa
padamu kami akan hancurkan kota ini, kami akan menunjukkan kepada mereka
kekuatan mahasiswa Pak”. “Ya, kekuatan mahasiswa, aku bangga pada kekuatan
mahasiswa, Kau tahu, tidak semua mahasiswa menjadi petugas pemerintahan, tetapi
setiap petugas pemerintahan adalah mahasiswa, dengar, jangan coba-coba untuk
mengetahui masa depan kalian dan mulailah menggoyahkan orang-orang yang korup,
dan katakan ‘cukup’. Kalian hanya mengangkat bahu kalian dimana-mana, lalu apa?
apa kita peduli? angkat tangan kalian, kalian harus memutuskan, arah mana yang
akan kalian ambil untuk negara kalian, karena kalian adalah masa depan
Indonesia, kalian!, kekuatan pemuda! buatlah perubahan!, aku mulai membunuh
orang-orang ini setelah aku memutuskan kematianku, setelah aku mati, jangan
membakar mobil, kereta atau taksi. Jika kalian benar-benar ingin melakukan
sesuatu, maka nyalakan api di hati kalian. Mega akan bahagia, dia akan bangga
pada kalian. Apakah kalian tahu mengapa aku membunuh orang-orang ini? mengapa
aku membunuh para koruptor? Ada yang bisa memberitahuku? Baiklah aku akan
memberitahu kalian. Membunuh satu koruptor, itu akan menjadi pembuka mata untuk
semua koruptor lainnya, dan apakah kalian tahu mengapa aku harus mati?, ya
karena Mega salah. Apa yang aku lakukan sudah benar, tetapi aku memilih jalan
yang salah, karena aku tidak punya pilihan, aku harus melakukan itu. Apakah
kalian tahu siapakah Mega?, orang yang tidak menyerah pada ketidakadilan,
itulah Mega. Seseorang yang mengalahkan koruptor, itulah Mega. Seseorang yang
membuat pejabat pemerintahan yang korup berkeringat bahkan di ruangan AC
mereka, itulah Mega. Mana salah satu dari kalian yang merupakan Mega?”. “Akulah
Mega, akulah Mega, akulah Mega”, teriak para demonstran di depan pengadilan.
“Siapakah Mega?”. “Akulah Mega”. “Siapakah Mega?”. “Akulah Mega”. “Siapakah
Mega?”. “Akulah Mega” . “Jika siapa saja mencoba untuk menerima suap lagi, maka
sebuah suara akan bergema di dalam hatinya, jangan menerima suap atau
sejenisnya, atau Mega akan muncul. Begitulah akhir dari kematian Mega. Ia
memilih hukuman mati. Saat tenggelamnya matahari di ufuk barat itu adalah
pertanda waktu eksekusinya, tetapi kali ini ada yang berbeda. Hari ini Mega tak
lagi berwarna jingga, hari itu ia tak kembali termakan oleh kegelapan, hari itu
ia berhasil melahirkan kepercayaan kepada banyak orang untuk membunuh sifat
korup. Ia pun menjadi contoh dan pemantik bagai Kaum muda untuk membunuh sifat
korup dalam setiap diri manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar